1. Cognitive Therapy
2. Client Centered Therapy
3. Psikoanalisis
4. Behaviour Therapy
5. Sistem
6. Bekerja dengan keluarga,
7. Coordination
KLASIFIKASI METODE INTEVENSI KELOMPOK 4 1. Batavia Adi Bhuwana 192020007 2. Nur Aini Puziani 192020086 3. Dwi Rahayu Nurmiati 192020107 4. Mitha Aulia Apriliani 192020128 5. Zilda Dzikria Rahmani 192020148 6. Rizkie Kurnia P. 192020158 KLASIFIKASI 01 02 03 04 Cognitive Therapy Client Centered Therapy Psikoanalisis Behaviour Therapy Sistem 05 Bekerja dengan keluarga, Coordination Thinking : Cognitive Therapy Terapi perilaku kognitif (Cognitive behavioral therapy / CBT) adalah perawatan psikoterapi jangka pendek yang berorientasi pada tujuan yang menggunakan pendekatan praktis dan praktis untuk pemecahan masalah. Tujuannya adalah untuk mengubah pola berpikir atau perilaku yang ada di balik kesulitan orang, dan mengubah perasaan mereka. Ini digunakan untuk membantu menangani berbagai macam masalah dalam kehidupan seseorang, mulai dari kesulitan tidur atau masalah hubungan, hingga penyalahgunaan narkoba dan alkohol atau kecemasan dan depresi. CBT bekerja dengan mengubah sikap dan perilaku orang dengan berfokus pada pemikiran, gambaran, keyakinan, dan sikap yang dipegang (proses kognitif seseorang) dan bagaimana proses ini berhubungan dengan cara seseorang berperilaku, sebagai cara untuk menangani masalah emosional. ● Bagaimana cara kerja CBT? ● Pada sesi terapi kognitif dan perilaku, Anda akan diminta untuk membuka diri dan bercerita tentang keluhan Anda pada terapis. Jangan khawatir untuk menceritakan masalah Anda karena terapis yang menangani Anda pasti menjaga prinsip kerahasiaan dan tidak akan menghakimi Anda. Untuk memahami seperti apa cara kerja CBT, perhatikan langkah-langkahnya berikut ini. ● 1. Mendeteksi masalah ● Pada awal terapi, Anda akan diminta untuk menceritakan keluhan yang dialami. Keluhan tersebut bisa berupa kecanduan alkohol, insomnia, kegagalan dalam membina hubungan, atau amarah yang meledak-ledak. Di tahap ini Anda dan terapis akan samasama menentukan akar masalah yang ingin diselesaikan serta tujuan akhir yang ingin dicapai. ● 2. Menyadari perasaan dan pikiran yang muncul ● Setelah Anda mendeteksi masalah yang menghantui, Anda akan diminta untuk menceritakan apa yang Anda rasakan atau pikirkan ketika masalah tersebut muncul. Misalnya Anda akan merasa lega atau lebih ringan kalau mabuk minuman alkohol semalaman. Anda percaya bahwa minuman beralkohol bisa membantu Anda melupakan masalah dan mengusir stres. Biasanya terapis akan menganjurkan Anda untuk mencatat perasaan-perasaan dan pikiran yang muncul tersebut dalam buku harian atau jurnal. ● 3. Mengelola pola pikir yang salah atau negatif ● Untuk membantu Anda menyadari bahwa ada yang salah dengan pola pikir Anda, terapis Anda akan meminta Anda untuk membandingkan dengan situasi yang berbeda. Pada tahap ini Anda harus benar-benar memerhatikan reaksi fisik, emosional, dan psikologis yang muncul ketika Anda sedang tidak dipicu oleh masalah yang muncul (dalam kondisi normal). ● 4. Membentuk kembali pola pikir yang salah atau negatif ● Tahap akhir CBT adalah yang paling sulit. Anda akan diminta untuk mengevaluasi apakah pola pikir dan cara pandang Anda terhadap suatu kondisi didasarkan oleh akal sehat, atau justru oleh pandangan yang keliru. Anda harus benar-benar memahami bahwa selama ini pola pikir Anda salah. Misalnya Anda kecanduan alkohol, Anda akan dituntun untuk menyadari bahwa alkohol bukanlah jawaban dari tekanan yang Anda hadapi setiap hari di kantor. Pola pikir Anda yang lebih baik akan secara terusmenerus ditanamkan dengan bantuan terapis. Anda pun akan bisa mengendalikan proses kognitif dan perilaku Anda ketika masalah muncu Feeling : Client Centered Therapy Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri. Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini PROSES KONSELING Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut : 1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual. 2. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan. 3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri. 4. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh. 5. Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik. PSIKOANALISIS Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia Psikoanalisis memiliki tiga penerapan: 1. suatu metode penelitian dari pikiran. 2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia. 3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional. Intervensi khusus dari seorang penganalisis biasanya mencakup mengkonfrontasikan dan mengklarifikasi mekanisme pertahanan, harapan, dan perasaan bersalah. Melalui analisis konflik, termasuk yang berkontribusi terhadap daya tahan psikis dan yang melibatkan tranferens kedalam reaksi yang menyimpang, perlakuan psikoanalisis dapat mengklarifikasi bagaimana pasien secara tidak sadar menjadi musuh yang paling jahat bagi dirinya sendiri: bagaimana reaksi tidak sadar yang bersifat simbolis dan telah distimulasi oleh pengalaman kemudian menyebabkan timbulnya gejala yang tidak dikehendaki. Terapi dihentikan atau dianggap selesai saat pasien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Metode dasar psikoanalisis adalah interpretasi konflik bawah sadar pasien yang mengganggu kesehariannya, yaitu konflik yang menyebabkan gejala menyakitkan seperti fobia, kecemasan, depresi, dan kompulsi. Strachey (1936) menekankan bahwa mencari tahu bagaimana pasien mendistorsi persepsi tentang analis adalah cara untuk memahami apa yang mungkin telah dilupakan (baca juga makalah Freud "Repeating, Remembering, and Working Through"). Secara khusus, perasaan bermusuhan yang tidak sadar terhadap analis dapat ditemukan dalam reaksi negatif simbolik terhadap apa yang Robert Langs sebut sebagai "kerangka" dari terapi, [11] yaitu berupa susunan yang mencakup waktu setiap sesi, pembayaran biaya, dan kebutuhan berbicara. Pada pasien yang melakukan kesalahan, lupa, atau menunjukkan keanehan lainnya mengenai waktu, biaya, dan berbicara, analis biasanya dapat menemukan berbagai "resistensi" yang tidak sadar terhadap aliran pikiran (kadangkadang disebut asosiasi bebas). Ketika pasien bersandar di sofa dan analis berada di luar pandangan, pasien cenderung mengingat lebih, mengalami lebih banyak perlawanan dan transferensi, dan mampu menata pikiran setelah pengembangan wawasan melalui penafsiran analis. Meskipun kehidupan fantasi dapat dipahami melalui pemeriksaan mimpi, fantasi masturbasi (lih. Marcus, I. dan Francis, J. (1975), Masturbation from Infancy to Senescence) juga penting. Analis tertarik pada bagaimana pasien bereaksi terhadap dan menghindari fantasi-fantasi tersebut (lih. Paul Gray (1994), The Ego and the Analysis of Defense).[12] Berbagai kenangan dalam kehidupan awal umumnya terdistorsi. Freud menyebutnya sebagai "screen memory". Dan dalam hal apapun, pengalaman yang sangat dini (sebelum usia dua tahun) tidak dapat diingat (lihat studi anak yang dilakukan oleh Eleanor Galenson tentang memori evokatif). therapy Acting : Behaviour Therapy Terapi Perilaku merupakan suatu teknik terapi yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial dan membangun perilaku-perilaku baru yang secara sosial bermanfaat dan dapat diterima. Terapi Perilaku juga bertujuan untuk menumbuhkan perilaku baru berupa komunikasi secara spontan dan kemampuan melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Terapi perilaku biasanya dilakukan oleh seorang Terapis dengan sistem one on one (satu Terapis satu Anak) dengan memberikan instruksi-instruksi singkat yang spesifik, secara jelas dan terus menerus. Meskipun demikian, mengingat perilaku merupakan sesuatu yang ditunjukkan mulai dari seseorang bangun tidur hingga ia tidur lagi di malam harinya, maka sebaiknya apa yang sedang dibangun oleh seorang Terapis terkomunikasikan kepada semua pihak yang berhubungan dengan anak, mulai dari orang tua, keluarga di rumah, hingga guru di sekolah agar setiap aktivitas yang dijalani anak dimanapun mendukung keberhasilan dari Terapi Perilaku yang dilakukan. Tiga jenis terapi perilaku Ada tiga jenis terapi perilaku, yaitu: Terapi perilaku kognitif – Terapi perilaku kognitif, yang juga dikenal sebagai modifikasi perilaku, adalah metode pengobatan yang disasarkan pada pikiran dan perasaan yang menyebabkan perilaku tertentu dan gangguan jiwa. Terapi ini sering digabungkan dengan pengobatan psikoterapi. Analisis perilaku terapan – Analisis perilaku terapan adalah metode pengkondisian (conditioning) yang menggunakan cara positif untuk mengubah perilaku pasien. Terapi ini berdasarkan pada teori pengkondisian klasik dari Ivan Pavlov dan teori conditioning operant milik B.F. Skinner. Terapi pembelajaran sosial Cara Kerja Terapi Kognitif Perilaku 1. Mengidentifikasi masalah Langkah pertama yang paling penting dalam terapi perilaku kognitif adalah menyadari dan menerima bahwa Anda memiliki masalah. Terapis akan membantu Anda untuk mengidentifikasi masalah, sekaligus akar permasalahan tersebut. Masalah dalam kehidupan seseorang bisa disebabkan oleh masalah lain yang bahkan tidak disadari oleh dirinya sendiri. Terapis juga akan membantu Anda mencari penyebab paling dasar dari perasaan negatif atau pola destruktif yang terjadi. 2. Fokus pada pencarian solusi. Terapi kognitif perilaku membantu Anda memecahkan masalah yang besar menjadi masalah-masalah kecil yang bisa dihadapi satu per satu dan perlahan-lahan, sehingga terasa ringan. 3. Mencari cara praktis yang bisa memperbaiki cara pikir Anda setiap harinya Setelah membantu menyederhanakan masalah Anda, terapis akan mulai menggiring Anda untuk belajar melihat kaitan antara satu masalah dengan masalah lainnya, serta efek dari masing-masing masalah tersebut pada diri Anda. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengubah cara Anda memandang dan menanggapi sebuah masalah. Meski sederhana, ini bisa sangat berpengaruh terhadap kemampuan Anda dalam menyelesaikan masalah dan membuat Anda memiliki sifat yang lebih positif. Selain itu, Anda juga akan dibantu untuk fokus pada masalah yang ada sekarang, bukan yang ada di masa lalu ataupun yang mungkin ada di masa depan. 4. Mendorong Anda melatih dan mempraktikkan kebiasaan positif Jika Anda sudah mampu menyadari, menerima, menyederhanakan, dan memahami masalah Anda secara menyeluruh, tahap selanjutnya adalah menghilangkan cara lama Anda yang destruktif dalam merespons masalah tersebut. Terapis akan membantu Anda mempelajari dan mempraktikkan langkah dalam merespons suatu masalah dengan positif dan tidak membebani diri Anda. Sistem : Bekerja dengan keluarga, Coordination Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub bab pada psikologi klinis. Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip : ● Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. ● Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. ● Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga. TUJUAN dan MANFAAT Ø Adapun tujuan dari perawatan tersebut adalah : 1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga 2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota klg. 3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis. 4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai 5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga. 6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota keluarga. Ø Manfaat Terapi Keluarga Klien : 1. Mempercepat proses penyembuhan 2. Memperbaiki hubungan interpersonal 3. Menurunkan angka kekambuhan 4. Keluarga : 5. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga 6. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima, toleran & menghargai klien sebagai manusia. 7. Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. THANKS Do you have any questions?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar