1. Kesenian Buncis
Kesenian Buncis merupakan salah satu kesenian yang hidup dalam masyarakat Sunda Pajampangan di beberapag. Kesenian Buncis wilayah ini berbeda dengan Angklung Buncis yang hidup dalam masyarakat Sunda di wilayah lain. Seni Buncis tidak terkait dengan ritus Nyi Pohaci Sanghyang Sri (Dewi Sri), melainkan merupakan seni hiburan yang umumnya tampil dalam berbagai acara hajatan, antara lain acara khitanan.desa dalam kawasan Geopark Ciletuh. Kesenian Buncis di kawinan, festival, perayaan kemerdekaan Indonesia, dan sebagainya. dari beberapa unsur seni, yaitu seni musik, tari, bodoran, danSecara keseluruhan Seni Buncis merupakan gabungan lakon (cerita). Peralatan musik pengiring terdiri dari lima buah angklung berlaras salendro,2 sebuah dogdog kecil. terompet, dan goong.
Nyanyian pokok dalam pertunjukan Buncis adalah onde-onde tanpa rumpaka (syair lagu) dankendang dan kulanter, jidor (kendang besar), kenong, kecrek dan lagu lainya adalah : Eket-eket, Renggong, Jemen, Kacang Asin, Kukukmelodi lagunya dibawakan oleh tarompet. Palid, dan sebagainya. yang diperankan oleh dua orang lelaki yang didandani seperti wanita. Lama waktu tampil sekitar 8 hingga 12 jam karenaDalam pertunjukannya terdapat dua orang ronggeng berdasarkan pakem tertentu, hanya berdasarkan skenario "dadakan" yang diatur oleh sutradara (biasanya pimpinan grup). Umumnya berkisah tentang kehidupan sosial-budaya di sekitar tempat di mana pertunjukan itu tengah berlangsung.membawakan sebuah lakon. Lakon yang dibawakan tidak Kadang-kadang lakon dipesan oleh yang punya kenduri.
2. Janéng atau Jamjanéng
Bagi masyarakat Sunda keturunan Kebumen (Jawa Tengah) yang hidup dan besar di Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, kawasan Geopark Ciletuh, Janéng adalah sebuah kesenian leluhur yang telah terjadi kesenian tanah kelahiran, 123 Janéng termasuk seni shalawatan, yaitu seni bernyanyi dalam syair bahasa Arab diiringi oleh alat musik terebang. Sebagai seni shalawatan syair yang dinyanyikan berisi keagungan Allah SWT dan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW 124
Peralatan musik yang mengiringi Janéng terdiri atas tiga buah terebang, dan sebuah calung. Jumlah pemain berkisar antara 10 sampai dengan 12 orang. Pada masa lalu, Janéng di Desa Sidamulya seringkali dipentaskan dalam berbagai acara syukuran atau hajatan: khitanan, kawinan, hari-hari besar keagaamaan dan kenegaraan seperti muludan suroan (Tahun Baru Islam), dan hari kemerdekaan R.I.(hari kelahiran Nabi Muhammad SAW), rajaban (Isra Mi'raj),
3. Kuda Lumping
Kesenian Kuda Lumping masih akrab di dalam kawasan Geopark Ciletuh . Di kalangan di desa Jaringao dan desa lainnya di Kecamatan Ciracap disebut Cepet .Berbeda di Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, disebut Ja'e
Pertunjukan Jae biasa dilangsungkan baik siang atau malam hari. Penyajiannya senantiasa menampilkan tari-tarian dengan properti kuda-kudaan terbuat dari anyaman bambu yang dicat warna warni.
Sambil diringi oleh musik gamelan, para penarinya menari berlenggang-lenggok ke kiri-kanan atau mundur-maju seperti tengah menunggang kuda. Pada bagian tertentu, parapenari itu kasurupan atau mabok, untuk memperlihatkan perilaku aneh, antara lain makan beling. rumput, dan padi, bahkan adia juga yang memakan ayam lidup-hidup. Kesenian Kuda Lumping merupakan kesenian yang dibawa orang Jawa (Tengah dan Timur) ketika mereka puluhan tahun didatangkan untuk menetap di Kecamatan Ciemas dan Kecamatan Ciracap.
Pertemuan dua budaya, antara Jawa dan Sunda telah menghadirkan kesenian Kuda Lumping dengan keunikan tersendiri. Dalam pertunjukan Jae atau Cepet itu kadangkadang terasa kejawen, tetapi juga terkadang terasa nyunda.
Salah satunya terpancar pada posisi dan penabuhan kendang pengiringnya. Dalam gamelan Jawa, kendang yang ditabuh biasanya diletakkan secara horizontal, namun dalam pertunjukan Jae/Cepet, kendang diletakkan secara diagonal seperti menabuh kendang Sunda.
4. Pencak Silat
Di Kawasan Pajampangan, Geopark Ciletuh tersebar grup Pencak Silat (Maenpo), di berbagai desa antara lain di Desa Mandrajaya, Tamanjaya, Pasirangin, Cibenda, Purwasedar, atau Pangumbahan, misalnya. Grup Macan Tutul Putra, dan Garuda Mas.
Pencak Silat sebagai kesenian, sebagaimana wilayah Tatar Sunda lainnya, adalah seni bela diri yang biasa disebut Penca Kembang atau Ibing Penca, yaitu Pencak Silat berbentuk tari dan lebih difungsikan untuk kepentingan hiburan. Oleh sebab itu, di dalam penampilannya, Penca Kembang senantiasa diiringi oleh beberapa instrumen musik, yaitu dua set kendang (kendang indung dan kendang anak masing-masing dengan dua buah kulanter), terompet dan goong.
Secara regenerasi, perkembangan Pencak Silat cukup terjaga, terutama karena peminatan Pencak Silat sebagai kemampuan bela diri; serta perhatian berbagai institusi seperti sekolah (SD atau SMP) dan kearifan masyarakat untuk terus mempagelarkan Penca Kembang dalam berbagai acara, seperti acara khitanan, kawinan, pesta nelayan, serta perayaanperayaan kenegaraan.
5. Wayang Kulit
Kesenian Wayang Kulit untuk kawasan Pajampangan khususnya di Ciletuh, termasuk kesenian langka. Salah satu desa yang masih menyimpan dan mempagelarkan (dengan frekuensi sangat jarang) hanya di Desa Sidamulya. Menurut penuturan Didin Purwanto,132 wayang kulit hanya dipagelarkan setahun sekali, yakni pada setiap tahun baru
Islam, tanggal satu Muharam; dan dalangnya juga harus didatangkan dari Jawa, salah satu di antaranya dari Kabupaten Kebumen. Sebagai pecinta kesenian Wayang Kulit di rumahnya, tersimpan sekotak wayang kulit yang dibuat sekitar tahun 1916. Sebagian masih utuh, sebagian lagi sudah rapuh dan rusak.
6. Seni Cepet Pajampangan
Seni Cepet merupakan salah satu ragam seni yang hidup di sekitar Jampang sehingga dikenal juga dengan dari tokoh kegelapan yang diekspresikan dalam bentuk Topeng Cepet. Topeng ini berwujud wajah raksasa menyeramkan dengan rambut lebat panjang dan kaku. Para penari Topeng Cepet sering kerasukan makhluk halus yang disebut dengan istilah mabok. Akan tetapi, para penari tersebut dapat menari dengan indah dalam suatu geraksebutan kesenian Pajampangan. Tarian ini merupakan wujudharmonis dengan iringan gending karena maboknya mereka berada dalam kendali para pawang. Biasanya, dalam perltunjukkan Seni Cepet selalu dibumbui oleh pertunjukkan Kuda Lumping, Tari Cakil, Tari Hanoman, dan Tari Barong.
Sumber :
Pemerintah Kabupaten Sukabumi
Sukabumi dari Masa ke Masa
Prof. Dr. Nina Herlina , M.S , dkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar